Sejarah Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya (PPNS) berawal dari adanya Program Non Gelar PAT (Pendidikan
Ahli Teknik) ITS Jurusan Teknik Perkapalan pada tahun 1979 yang saat itu
berlokasi di jalan Basuki Rahmad Surabaya. Pada tahun 1982, Program Non
Gelar PAT dikelompokkan menjadi Fakultas Non Gelar Teknologi yang
didalamnya memiliki Jurusan Teknik Perkapalan. Hingga pada tahun 1986,
adanya program “loan agreement” dengan World Bank pemerintah melalui
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi menawarkan pembukaan politeknik
baru di ITS dan rektor ITS kala itu langsung menerima tawaran tersebut
dan berdirilah Politeknik Perkapalan – ITS, pembangunan fisik gedung
politeknik langsung dikerjakan pada tahun yang sama dan berlokasi di
kampus ITS Sukolilo. Tahun 1987 adalah tahun pertama Politeknik
Perkapalan ITS menerima mahasiswa baru. Jurusan yang digelar saat itu
adalah: - Jurusan D III Teknik Bangunan Kapal - Program Studi DIII
Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal - Program Studi D III Teknik
Bangunan Kapal 2. Jurusan D III Teknik Permesinan Kapal 3. Jurusan D
III Teknik Kelistrikan Kapal Tahun 1991 Politeknik Perkapalan – ITS
berubah nama menjadi Politeknik Perkapalan Surabaya – ITS dan pada tahun
1996 berubah nama lagi menjadi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya -
ITS (PPNS - ITS).
Pada tahun 2003, PPNS bekerjasama
dengan Depnakertrans RI mendirikan Program Studi D4 Teknik Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (TK3) yang menjadi terobosan bagi pendirian program
D4 di PPNS. Pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, PPNS
berhasil mendapatkan dana hibah kompetisi TPSDP yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas lulusan. Pada tahun tersebut, keberhasilan program
TPSDP dikuti pendirian 4 (empat) program studi baru, yaitu: D4 Teknik
Pengelasan, D4 Teknik Perpipaan, D4 Teknik Desain dan Manufaktur serta
D4 Teknik Otomasi. Dalam perjalanannya, PPNS selalu berbenah diri.
Pengembangan SDM terus dilakukan baik tenaga edukatif maupun non
edukatif seperti mengembankan tugas belajar S2 ke luar negeri untuk
tenaga pengajar antara lain: Amerika Serikat, Taiwan, Australia,
Inggris, Jerman dan Swedia. Sebagai satu – satunya Politeknik Negeri
yang bergerak di bidang pendidikan vokasional perkapalan dan
berorientasi pada marine manufaktur PPNS ITS selalu meningkatkan
kualitas pendidikan dan berhasil memenangkan berbagai dana hibah yaitu
Grant Due Like Batch II, dua Grant TPSDP Batch II dan Batch III, Grant
INHERENT dan Grant IMHERE Batch IV. Peningkatan kualitas sarana dan
prasarana pembelajaran pun selalu dilakukan. Hal ini ditunjukkan antara
lain dengan kelengkapan laboratorium, fasilitas, gedung perkuliahan yang
representatif dan pembangunan gedung Direktorat PPNS – ITS yang
diresmikan pada 20 Februari 2010 oleh Mendiknas RI Prof. Dr. Ir. H.
Mohammad Nuh, DEA.
Tersedianya gedung yang
representatif merupakan modal penting untuk terlaksananya berbagai
kegiatan pembelajaran yang aman, nyaman, efektif dan efisien. Sistem
manajemen kualitas yang diterapkan oleh PPNS berhasil mendapatkan
sertifikat ISO 9001:2008. Satu catatan yang perlu disampaikan adalah
PPNS merupakan perguruan tinggi satu-satunya yang memiliki Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Panitia ini dibentuk
untuk menjamin setiap unsur kerja yang ada di PPNS telah sesuai dengan
standar K3. Fokus Utama: Lulusan yang Kompeten Amanat yang diemban
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) sebagai institusi
Pendidikan Tinggi Vokasi membawa konsekuensi berupa upaya berkelanjutan
untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja. PPNS sadar betul bahwa pendidikan dan industri merupakan mata
rantai tak terpisahkan. Lulusan yang siap kerja memberikan keuntungan
bagi industri, namun hal ini hanya akan tercipta bila industri
memberikan peran nyata untuk ikut mematangkan proses pendidikan agar
tidak dilepas dalam kondisi ’setengah masak’, namun sudah ’siap saji’.
Mata rantai ini yang terus dijaga dan dibangun oleh PPNS untuk menjaga
mutu lulusan agar sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan.
Untuk mencapai hal tersebut, PPNS menjalin kerjasama dengan industri
yang terlembagakan dalam wadah yang disebut sebagai IAB (Industrial
Advirory Board) atau Dewan Penasehat Industri untuk pengembangan
pendidikan di PPNS.
Saat ini IAB PPNS diketuai
oleh Bapak Joeswanto Karijodimedjo, Presiden Direktur PT Jasa Marina
Indah Semarang. Keanggotaan IAB meliputi para pemimpin perusahaan baik
kapal maupun non kapal seperti PT PAL, PT DOK, PT INKA, PT Mecco
Inoxprima, dll. IAB mengadakan rapat kerja tahunan rutin untuk
memberikan masukan tentang kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja,
masukan untuk perbaikan kurikulum atau proses pembelajaran, dan banyak
hal lain untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan di PPNS.
Dalam proses pembelajarannya, mahasiswa PPNS harus menempuh On The Job
Training (OJT) atau magang kerja selama 1 semester di perusahaan. OJT
ini berbeda dengan kerja praktek, karena dalam OJT mahaiswa benar-benar
bekerja sehingga mengalami pengalaman nyata dalam bekerja. Selain itu,
mahasiswa juga memperoleh pengalaman langsung untuk berinteraksi
interpersonal dalam bekerja dan memahami etos kerja. Dengan demikian,
OJT akan membentuk karakter siap kerja dan menghilangkan gap antara
dunia pendidikan dan dunia kerja. Bagi Industri, OJT memberikan
keuntungan tak langsung yakni menghilangkan waktu adaptasi awal bekerja
dan secara langsung keberadaan mahasiswa OJT akan menurunkan biaya
langsung tenaga kerja karena mahasiswa OJT mampu bekerja tanpa dibayar
(atau dibayar lebih rendah dari pada tenaga kerja resmi).
Meskipun sudah banyak mitra
industri PPNS yang sudah menjalin kerjasama dengan sangat baik dalam
pelaksanaan OJT, masih disayangkan karena ada perusahaan yang belum
sepaham dengan konsep OJT di PPNS. Sebagai bukti atau pengakuan akan
kemampuan dalam menguasai bidang/profesi tertentu, PPNS tidak hanya
memberikan ijazah, namun masih ditambah dengan Sertifikat Kompetensi
yang diberikan kepada para mahasiswa yang lulus uji kompetensi sesuai
dengan program studi yang ditempuhnya. Sertifikat kompetensi tersebut
adalah: Welding Supervisor, Liquid Penetran Test dan Ultrasonic Test
untuk mahasiswa Program Studi D III Teknik Bangunan Kapal; untuk
mahasiswa Program Studi DIII Teknik Permesinan Kapal dibekali
sertifikasi Pendingin (HVAC), Machining, dan Reparasi Motor; sementara
untuk mahasiswa Program Studi D III Teknik Kelistrikan Kapal di berikan
sertifikasi instalasi listrik dan elektronika; Sertifikasi CAD 2-D dan
CAD 3-D diberikan untuk mahasiswa Program Studi D III Teknik Perencanaan
dan Konstruksi Kapal; CAD 3-D dan Computerized Numerical Control (CNC)
diberikan untuk mahasiswa Program Studi D IV Teknik Desain dan
Manufaktur; sertifikasi Welding Inspector diberikan untuk Program Studi D
IV Teknik Pengelasan dan D IV Teknik Perpipaan; sertifikasi Program
Logic Control (PLC) diberikan untuk mahasiswa Program Studi D IV Teknik
Otomasi; Program Studi Teknik D IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Kerja diberikan sertifikasi Ahli K3 Umum. Sehingga setiap lulusan dari
PPNS selain memiliki ijasah akademis juga memiliki sertifikat profesi.
Upaya yang dilakukan ternyata membawa hasil. Lulusan PPNS relatif cepat
terserap di dunia kerja, bahkan banyak mahasiswa yang sudah diterima
untuk bekerja di perusahaan walaupun mereka belum resmi lulus. Hasil
yang membanggakan ini merupakan buah dari kerja keras dan kekompakan
dari semua pihak, mulai dari manajemen, dosen, karyawan, dan mahasiswa
serta didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang
representatif. PPNS dari sudut pandang yang lain: Public Training Salah
satu program yang terus berjalan dan menjadi unggulan citra publik PPNS
adalah pelatihan profesi dilaksanakan bekerja-sama dengan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Program ini telah berlangsung sejak
tahun 1996, pelatihan profesi dan sertifikasi tersebut antara lain:
Operator Boiler Kelas I, Operator Pesawat Angkat – Angkut Kelas I, Ahli
K3 Umum, Ahli K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan, dll. Sejak tahun 1991
PPNS rutin mengadakan sertifikasi Welding Inspector, sertifikasi ini
merupakan kerjasama PPNS dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI (saat ini berubah nama menjadi Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI) serta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (saat ini berubah nama menjadi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Dalam perkembangannya,
sejak tahun 2009 PPNS telah berhasil memenuhi syarat sehingga ditunjuk
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Las sebagai Tempat Uji Kompetensi
(TUK) Las baik las SMAW maupun Non SMAW, sehingga sejak tahun 2010 ini
Diklat Welding Inspector dilaksanakan atas kerjasama antara TUK Las
PPNS dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Masih dalam
bidang pengelasan, PPNS juga bekerjasama dengan JWES (Japan Welding
Engineer Society), IWS (Indonesian Welding Society) dalam
menyelenggarakan sertifikasi personal sebagai Welding Engineer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar