Sabtu, 13 Desember 2014

Sejarah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

        Sejarah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) berawal dari adanya Program Non Gelar PAT (Pendidikan Ahli Teknik) ITS Jurusan Teknik Perkapalan pada tahun 1979 yang saat itu berlokasi di jalan Basuki Rahmad Surabaya. Pada tahun 1982, Program Non Gelar PAT dikelompokkan menjadi Fakultas Non Gelar Teknologi yang didalamnya memiliki Jurusan Teknik Perkapalan. Hingga pada tahun 1986, adanya program “loan agreement” dengan World Bank pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi menawarkan pembukaan politeknik baru di ITS dan rektor ITS kala itu langsung menerima tawaran tersebut dan berdirilah Politeknik Perkapalan – ITS, pembangunan fisik gedung politeknik langsung dikerjakan pada tahun yang sama dan berlokasi di kampus ITS Sukolilo. Tahun 1987 adalah tahun pertama Politeknik Perkapalan ITS menerima mahasiswa baru. Jurusan yang digelar saat itu adalah: - Jurusan D III Teknik Bangunan Kapal - Program Studi DIII Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal - Program Studi D III Teknik Bangunan Kapal  2. Jurusan D III Teknik Permesinan Kapal 3. Jurusan D III Teknik Kelistrikan Kapal Tahun 1991 Politeknik Perkapalan – ITS berubah nama menjadi Politeknik Perkapalan Surabaya – ITS dan pada tahun 1996 berubah nama lagi menjadi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya - ITS (PPNS - ITS).

 
       Pada tahun 2003, PPNS bekerjasama dengan Depnakertrans RI mendirikan Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (TK3) yang menjadi terobosan bagi pendirian program D4 di PPNS. Pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, PPNS berhasil mendapatkan dana hibah kompetisi TPSDP yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas lulusan. Pada tahun tersebut, keberhasilan program TPSDP dikuti pendirian 4 (empat) program studi baru, yaitu: D4 Teknik Pengelasan, D4 Teknik Perpipaan, D4 Teknik Desain dan Manufaktur serta D4 Teknik Otomasi. Dalam perjalanannya, PPNS selalu berbenah diri. Pengembangan SDM terus dilakukan baik tenaga edukatif maupun non edukatif seperti mengembankan tugas belajar S2 ke luar negeri untuk tenaga pengajar antara lain: Amerika Serikat, Taiwan, Australia, Inggris, Jerman dan Swedia. Sebagai satu – satunya Politeknik Negeri yang bergerak di bidang pendidikan vokasional perkapalan dan berorientasi pada marine manufaktur PPNS ITS selalu meningkatkan kualitas pendidikan dan berhasil memenangkan berbagai dana hibah yaitu Grant Due Like Batch II, dua Grant TPSDP Batch II dan Batch III, Grant INHERENT dan Grant IMHERE Batch IV. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran pun selalu dilakukan. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan kelengkapan laboratorium, fasilitas, gedung perkuliahan yang representatif dan pembangunan gedung Direktorat PPNS – ITS yang diresmikan pada 20 Februari 2010 oleh Mendiknas RI Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA.



         Tersedianya gedung yang representatif merupakan modal penting untuk terlaksananya berbagai kegiatan pembelajaran yang aman, nyaman, efektif dan efisien. Sistem manajemen kualitas yang diterapkan oleh PPNS berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008.  Satu catatan yang perlu disampaikan adalah PPNS merupakan perguruan tinggi satu-satunya yang memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Panitia ini dibentuk untuk menjamin setiap unsur kerja yang ada di PPNS telah sesuai dengan standar K3.  Fokus Utama: Lulusan yang Kompeten Amanat yang diemban Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) sebagai institusi Pendidikan Tinggi Vokasi membawa konsekuensi berupa upaya berkelanjutan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. PPNS sadar betul bahwa pendidikan dan industri merupakan mata rantai tak terpisahkan.  Lulusan yang siap kerja memberikan keuntungan bagi industri, namun hal ini hanya akan tercipta bila industri memberikan peran nyata untuk ikut mematangkan proses pendidikan agar tidak dilepas dalam kondisi ’setengah masak’, namun sudah ’siap saji’. Mata rantai ini yang terus dijaga dan dibangun oleh PPNS untuk menjaga mutu lulusan agar sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan. Untuk mencapai hal tersebut, PPNS menjalin kerjasama dengan industri yang terlembagakan dalam wadah yang disebut sebagai IAB (Industrial Advirory Board) atau Dewan Penasehat Industri untuk pengembangan pendidikan di PPNS.









            Saat ini IAB PPNS diketuai oleh Bapak Joeswanto Karijodimedjo, Presiden Direktur PT Jasa Marina Indah Semarang. Keanggotaan IAB meliputi para pemimpin perusahaan baik kapal maupun non kapal seperti PT PAL, PT DOK, PT INKA, PT Mecco Inoxprima, dll. IAB mengadakan rapat kerja tahunan rutin untuk memberikan masukan tentang kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, masukan untuk perbaikan kurikulum atau proses pembelajaran, dan banyak hal lain untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan di PPNS. Dalam proses pembelajarannya, mahasiswa PPNS harus menempuh On The Job Training (OJT) atau magang kerja selama 1 semester di perusahaan. OJT ini berbeda dengan kerja praktek, karena dalam OJT mahaiswa benar-benar bekerja sehingga mengalami pengalaman nyata dalam bekerja. Selain itu, mahasiswa juga memperoleh pengalaman langsung untuk berinteraksi interpersonal dalam bekerja dan memahami etos kerja. Dengan demikian, OJT akan membentuk karakter siap kerja dan menghilangkan gap antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Bagi Industri, OJT memberikan keuntungan tak langsung yakni menghilangkan waktu adaptasi awal bekerja dan secara langsung keberadaan mahasiswa OJT akan menurunkan biaya langsung tenaga kerja karena mahasiswa OJT mampu bekerja tanpa dibayar (atau dibayar lebih rendah dari pada tenaga kerja resmi).


           Meskipun sudah banyak mitra industri PPNS yang sudah menjalin kerjasama dengan sangat baik dalam pelaksanaan OJT, masih disayangkan karena ada perusahaan yang belum sepaham dengan konsep OJT di PPNS. Sebagai bukti atau pengakuan akan kemampuan dalam menguasai bidang/profesi tertentu, PPNS tidak hanya memberikan ijazah, namun masih ditambah dengan Sertifikat Kompetensi yang diberikan kepada para mahasiswa yang lulus uji kompetensi sesuai dengan program studi yang ditempuhnya. Sertifikat kompetensi tersebut adalah: Welding Supervisor, Liquid Penetran Test dan Ultrasonic Test untuk mahasiswa Program Studi   D III Teknik Bangunan Kapal; untuk mahasiswa Program Studi DIII Teknik Permesinan Kapal dibekali sertifikasi Pendingin (HVAC), Machining, dan Reparasi Motor; sementara untuk mahasiswa Program Studi D III Teknik Kelistrikan Kapal di berikan sertifikasi instalasi listrik dan elektronika; Sertifikasi CAD 2-D dan CAD 3-D diberikan untuk mahasiswa Program Studi D III Teknik Perencanaan dan Konstruksi Kapal; CAD 3-D dan Computerized Numerical Control (CNC) diberikan untuk mahasiswa Program Studi D IV Teknik  Desain dan Manufaktur; sertifikasi Welding Inspector diberikan untuk Program Studi D IV Teknik Pengelasan dan D IV Teknik Perpipaan; sertifikasi Program Logic Control (PLC) diberikan untuk mahasiswa Program Studi D IV Teknik Otomasi; Program Studi Teknik D IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja diberikan sertifikasi Ahli K3 Umum. Sehingga setiap lulusan dari PPNS selain memiliki ijasah akademis juga memiliki sertifikat profesi. Upaya yang dilakukan ternyata membawa hasil. Lulusan PPNS relatif cepat terserap di dunia kerja, bahkan banyak mahasiswa yang sudah diterima untuk bekerja di perusahaan walaupun mereka belum resmi lulus. Hasil yang membanggakan ini merupakan buah dari kerja keras dan kekompakan dari semua pihak, mulai dari manajemen, dosen, karyawan, dan mahasiswa serta didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang representatif.  PPNS dari sudut pandang yang lain: Public Training Salah satu program yang terus berjalan dan menjadi unggulan citra publik PPNS adalah pelatihan profesi dilaksanakan bekerja-sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Program ini telah berlangsung sejak tahun 1996, pelatihan profesi dan sertifikasi tersebut antara lain: Operator Boiler Kelas I, Operator Pesawat Angkat – Angkut Kelas I, Ahli K3 Umum, Ahli K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan, dll. Sejak tahun 1991 PPNS rutin mengadakan sertifikasi Welding Inspector, sertifikasi ini merupakan kerjasama PPNS dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (saat ini berubah nama menjadi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI) serta  Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (saat ini berubah nama menjadi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Dalam perkembangannya, sejak  tahun 2009 PPNS telah berhasil memenuhi syarat sehingga ditunjuk oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Las sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) Las baik las SMAW maupun Non SMAW, sehingga sejak tahun 2010 ini Diklat Welding Inspector  dilaksanakan atas kerjasama antara TUK Las PPNS dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).  Masih dalam bidang pengelasan, PPNS juga bekerjasama dengan JWES (Japan Welding Engineer Society), IWS (Indonesian Welding Society) dalam menyelenggarakan sertifikasi personal sebagai Welding Engineer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar